Konsep Kepemimpinan
Gaya
kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu
perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut
kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk
suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang
demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan
Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara
keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut
dikenal sebagai gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dari seorang
pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori
berikut ini. Ditinjau dari sejarah perkembangannya dapat dikemukakan
disini adanya tiga teori kepemimpinan:
1. Teori Genetis (Keturunan). Inti dari teori menyatakan bahwa—Leader are born and not made—(pemimpin itu
dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini
mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin
karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang
bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi
pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara
mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan
fasilitas atau determinitis. Teori ini menganggap bahwa kepemimpinan
merupakan suatu kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak
lahir yang ada pada diri seorang pemimpin. Menurut teori ini
kepemimpinan diartikan sebagai traits within the individual leader.
Jadi seseorang dapat menjadi pemimpin karena dilahirkan sebagai
pemimpin dan bukan karena dibuat atau dididik untuk itu (leader were
borned and note made).
2. Teori Sosial.
Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi,
maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori
sosial ini ialah bahwa—Leader are made and not born—(pemimpin
itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan
kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan
pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin
apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup. Teori ini
memandang kepemimpinan sebagai fugsi kelompok (function of the group).
Menurut teori ini, sukses tidaknya suatu pemimpin tidak hanya
dipengaruhi oleh sifat-sifat yang ada pada seseorang, tetapi justru yang
lebih penting adalah dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri
kelompok yang didampinginya.
3. Teori Ekologis.
Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran,
maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran
teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti
bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila
ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian
dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang
memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan
segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan
merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Teori ini tidak hanya
didasari atas padangan yag bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi
juga ekonomi dan politis. Menurut teori ini kepemimpinan dipandang
sebagai suatu fungsi dari situasi (function of the situation). Teori
yang ketiga ini menunjukkan bahwa, betapapun seorang pemimpin telah
memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan dapat menjalankan
fungsinya sebagai anggota kelompok, sukses tidaknya kepemimpinannya
masih ditentukan pula oleh situasi yang selalu berubah yang mempengaruhi
perubahan dan perkembangan kehidupan kelompok yang didampingnya.
SUMBER http://nasuhasmith13.blogspot.com/2011/03/teori-dasar-kepemimpinan.html